Ada yang pernah nonton film The Last Samurai? ternyata Samurai bukanlah ksatria biasa yang kita
kenal  lewat tv, kebanyakan tv hanya
memberikan gambaran singkat tentang samurai. Namun dalam film The Last Samurai
ini, kita dapat mengetahui segala sesuatunya tentang samurai. Para ksatria ini
memiliki loyalitas yang tinggi serta kehormatan dalam dirinya adalah yang
terpenting atau dalam bahasa Jepangnya Bushido.
Tak jarang banyak samurai melakukan seppuku
jika ia malu karena kalah berperang. Seppuku
adalah tradisi bunuh diri yang dilakukan samurai ketika ia merasa malu dari
pada kalah perang tidak hormat mending bunuh diri. Bunuh diri dianggap mereka
sebagai suatu tindakan yang lebih terhormat dari pada kalah. Disini saya akan mencoba memberikan analisis tradisi sosiocultural dalam film ini.
Samurai,
mungkin jika mendengar kata ini hal yang pertama terfikirkan adalah pedang
orang jepang. Namun sebenarnya samurai adalah ksatria dari jepang yang menggunakan
pedang bernama katana. Jadi pedang yang biasanya di pakai samurai itu bukan
pedang samurai melainkan namanya katana. Samurai yang berarti pelayan,
menghabiskan hidupnya sebagai pelayan kaisar di masa kuno. Sebut saja samurai
sebagai paspampres presiden, jika ada yang macam-macam dengan kasiar tidak
tunggu lama maka katana akan dilepas dari sarungnya.
Samurai
bukanlah ksatria biasa yang kita kenal 
lewat tv, kebanyakan tv hanya memberikan gambaran singkat tentang
samurai. Namun dalam film The Last Samurai ini, kita dapat mengetahui segala
sesuatunya tentang samurai. Para ksatria ini memiliki loyalitas yang tinggi
serta kehormatan dalam dirinya adalah yang terpenting atau dalam bahasa
Jepangnya Bushido. Tak jarang banyak
samurai melakukan seppuku jika ia
malu karena kalah berperang. Seppuku adalah
tradisi bunuh diri yang dilakukan samurai ketika ia merasa malu dari pada kalah
perang tidak hormat mending bunuh diri. Bunuh diri dianggap mereka sebagai
suatu tindakan yang lebih terhormat dari pada kalah.
Budaya
inilah yang diangkat dalam film The Last Samurai, menceritakan seorang Amerika
namanya Nathan Algren yang dulunya adalah kapten perang saat melawan suku
Indian. Dia mudah sekali depresi karena dia malu telah banyak membunuh
orang-orang yang tidak berdosa. Dia diminta ke Jepang untuk melatih prajurit
Jepang menggunakan senjata modern. Algren menyanggupi permintaan kaisar Jepang
dan melatih prajurit Jepang dalam menggunakan senjata modern. Algren
diperintahkan untuk melawan pemberontak pimpinan Katsumoto, seorang yang
awalnya adalah menteri dari kaisar Jepang yang membelot karena budaya samurai
ingin dihapuskan dari Jepang.
Sampai
pada suatu hari pasukan yang baru dilatih oleh Algren ini diperintahkan untuk
menyerang para samurai. Dengan pengalaman yang belum cukup mentri Omura
menyuruh Algren memimpin perang ini. Omura mengatakan bahwa mereka hanya kaum
barbar yang menggunakan pedang dan busur apa yang harus ditakutkan? Sudah dapat
dipastikan bahwa kekalahan akan menjadi milik pasukan baru yang belum terlatih
ini. Dengan sekali gelombang, para samurai ini memukul mundur pasukan Jepang
modern. Kapten Algren yang saat itu tertinggal sendiri hampir dibunuh oleh
samurai, namun Katsumoto menghentikannya dan menyuruh agar membawa Algren
sebagai tawanan. Algren dibawa ke desa tempat persembunyian kelompoknya
Katsumoto, disinilah tradisi sosiocultural akan terlihat.
Sosiocultural,
tradisi ini berfokus pada bentuk-bentuk interaksi antar manusia dari pada
karakteristik individu. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran,
peraturan serta nilai budaya dijalankan. Singkatnya tradisi ini menjelaskan ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang memproses
dan memproduksi kembali budaya.
Dalam
film ini, Algren sempat depresi karena selain menjadi tawanan dia juga tidak
dapat berbahasa Jepang. Kata yang ia tahu hanya sake, namun Katsumoto yang bisa berbahasa inggris mengajaknya
berinteraksi. Disinilah mulai terciptanya suatu sosiocultural, dimana suatu
interaksi sebenarnya adalah sarana bertukar informasi yang akhirnya akan
diproduksi kembali.
Lama
kelamaan, Algren menjadi akrab dengan Katsumoto dan warga desa lainnya, serta
Algren juga dapat menemukan kembali kedamaian yang selama ini dia cari, juga
menjadi tahu tentang apa arti samurai itu. Dalam sosiocultural dikenal 3 ragam
didalamnya. Pertama mencakup perilaku, jadi bagaimana manusia berperilaku dalam
situasi-situasi komunikasi. Jika dilihat dalam film, awalnya Algren yang tidak
mengerti bahasa Jepang saat ada orang Jepang yang berbicara maka Algren akan
langsung pasang kuda-kudanya, mungkin dia merasa takut akan diserang. Nanun
lama kelamaan setelah dia mengerti bahasa Jepang, dia tidak waspada lagi saat
berinteraksi dengan orang lain. Kedua
mencakup kognitif, jadi bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memproses
informasi kemudian diproduksi kembali. Dalam film kita dapat melihat periaku
Algren yang awalnya kasar karena bangsa barat, menjadi sopan dalam berperilaku.
Hal ini ditunjukkan dengan membungkukkan badan, melepas sandal saat masuk
rumah, bahkan duduk ala Jepang diatas tatami.
Ketiga mencakup psikologis, berkonsentrasi pada pengaruh otak mempengaruhi cara
berkomunikasi. Algren yang sedang menyusun sebuah konsep penyerangan
berkomunikasi dengan santai, namun saat Algren memimpin perang cara
berkomunikasinya berbanding terbalik 180o. Sosiopsikologis dan
sosiocultural memiliki suatu hubungan, yaitu berknaan dengan individu dalam
interaksi dengan orang lain. Jadi faktor psikologis juga dapat mempengaruhi
gaya bicara seseorang.
Akhirnya Algren membelot
kaisar Jepang dan beralih membantu kelompok Katsumoto. Sepertinya dalam tradisi
sosiocultural kita juga akan terpersuasi. Contohnya saja Algren, karena dia
sering berinteraksi dengan masyarakat desa, dia jadi membelot kaisar Jepang.
Berarti dapat dikatakan bahwa semakin lama kita berinteraksi dengan seseorang
maka akan menimbulkan rasa percaya, sehingga kita menjadi membelanya. Saya
tidak menemukan artikel tentang sosiocultural dapat menyebabkan seseorang
menjadi percaya dengan orang yang sering berinteraksi dengannya, namun lewat
film The Last Samurai ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa semakin sering
seseorang melakukan interaksi maka kepercayaan pada orang itu akan semakin
besar.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar