Rabu, 06 Maret 2013

Analisis Tradisi Sosiocultural dalam Sebuah Film

Ada yang pernah nonton film The Last Samurai? ternyata Samurai bukanlah ksatria biasa yang kita kenal  lewat tv, kebanyakan tv hanya memberikan gambaran singkat tentang samurai. Namun dalam film The Last Samurai ini, kita dapat mengetahui segala sesuatunya tentang samurai. Para ksatria ini memiliki loyalitas yang tinggi serta kehormatan dalam dirinya adalah yang terpenting atau dalam bahasa Jepangnya Bushido. Tak jarang banyak samurai melakukan seppuku jika ia malu karena kalah berperang. Seppuku adalah tradisi bunuh diri yang dilakukan samurai ketika ia merasa malu dari pada kalah perang tidak hormat mending bunuh diri. Bunuh diri dianggap mereka sebagai suatu tindakan yang lebih terhormat dari pada kalah. Disini saya akan mencoba memberikan analisis tradisi sosiocultural dalam film ini.




Samurai, mungkin jika mendengar kata ini hal yang pertama terfikirkan adalah pedang orang jepang. Namun sebenarnya samurai adalah ksatria dari jepang yang menggunakan pedang bernama katana. Jadi pedang yang biasanya di pakai samurai itu bukan pedang samurai melainkan namanya katana. Samurai yang berarti pelayan, menghabiskan hidupnya sebagai pelayan kaisar di masa kuno. Sebut saja samurai sebagai paspampres presiden, jika ada yang macam-macam dengan kasiar tidak tunggu lama maka katana akan dilepas dari sarungnya.
Samurai bukanlah ksatria biasa yang kita kenal  lewat tv, kebanyakan tv hanya memberikan gambaran singkat tentang samurai. Namun dalam film The Last Samurai ini, kita dapat mengetahui segala sesuatunya tentang samurai. Para ksatria ini memiliki loyalitas yang tinggi serta kehormatan dalam dirinya adalah yang terpenting atau dalam bahasa Jepangnya Bushido. Tak jarang banyak samurai melakukan seppuku jika ia malu karena kalah berperang. Seppuku adalah tradisi bunuh diri yang dilakukan samurai ketika ia merasa malu dari pada kalah perang tidak hormat mending bunuh diri. Bunuh diri dianggap mereka sebagai suatu tindakan yang lebih terhormat dari pada kalah.
Budaya inilah yang diangkat dalam film The Last Samurai, menceritakan seorang Amerika namanya Nathan Algren yang dulunya adalah kapten perang saat melawan suku Indian. Dia mudah sekali depresi karena dia malu telah banyak membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Dia diminta ke Jepang untuk melatih prajurit Jepang menggunakan senjata modern. Algren menyanggupi permintaan kaisar Jepang dan melatih prajurit Jepang dalam menggunakan senjata modern. Algren diperintahkan untuk melawan pemberontak pimpinan Katsumoto, seorang yang awalnya adalah menteri dari kaisar Jepang yang membelot karena budaya samurai ingin dihapuskan dari Jepang.
Sampai pada suatu hari pasukan yang baru dilatih oleh Algren ini diperintahkan untuk menyerang para samurai. Dengan pengalaman yang belum cukup mentri Omura menyuruh Algren memimpin perang ini. Omura mengatakan bahwa mereka hanya kaum barbar yang menggunakan pedang dan busur apa yang harus ditakutkan? Sudah dapat dipastikan bahwa kekalahan akan menjadi milik pasukan baru yang belum terlatih ini. Dengan sekali gelombang, para samurai ini memukul mundur pasukan Jepang modern. Kapten Algren yang saat itu tertinggal sendiri hampir dibunuh oleh samurai, namun Katsumoto menghentikannya dan menyuruh agar membawa Algren sebagai tawanan. Algren dibawa ke desa tempat persembunyian kelompoknya Katsumoto, disinilah tradisi sosiocultural akan terlihat.
Sosiocultural, tradisi ini berfokus pada bentuk-bentuk interaksi antar manusia dari pada karakteristik individu. Interaksi merupakan proses dan tempat makna, peran, peraturan serta nilai budaya dijalankan. Singkatnya tradisi ini menjelaskan ketika orang berbicara, mereka sesungguhnya sedang memproses dan memproduksi kembali budaya.
Dalam film ini, Algren sempat depresi karena selain menjadi tawanan dia juga tidak dapat berbahasa Jepang. Kata yang ia tahu hanya sake, namun Katsumoto yang bisa berbahasa inggris mengajaknya berinteraksi. Disinilah mulai terciptanya suatu sosiocultural, dimana suatu interaksi sebenarnya adalah sarana bertukar informasi yang akhirnya akan diproduksi kembali.
Lama kelamaan, Algren menjadi akrab dengan Katsumoto dan warga desa lainnya, serta Algren juga dapat menemukan kembali kedamaian yang selama ini dia cari, juga menjadi tahu tentang apa arti samurai itu. Dalam sosiocultural dikenal 3 ragam didalamnya. Pertama mencakup perilaku, jadi bagaimana manusia berperilaku dalam situasi-situasi komunikasi. Jika dilihat dalam film, awalnya Algren yang tidak mengerti bahasa Jepang saat ada orang Jepang yang berbicara maka Algren akan langsung pasang kuda-kudanya, mungkin dia merasa takut akan diserang. Nanun lama kelamaan setelah dia mengerti bahasa Jepang, dia tidak waspada lagi saat berinteraksi dengan orang lain. Kedua mencakup kognitif, jadi bagaimana individu memperoleh, menyimpan dan memproses informasi kemudian diproduksi kembali. Dalam film kita dapat melihat periaku Algren yang awalnya kasar karena bangsa barat, menjadi sopan dalam berperilaku. Hal ini ditunjukkan dengan membungkukkan badan, melepas sandal saat masuk rumah, bahkan duduk ala Jepang diatas tatami. Ketiga mencakup psikologis, berkonsentrasi pada pengaruh otak mempengaruhi cara berkomunikasi. Algren yang sedang menyusun sebuah konsep penyerangan berkomunikasi dengan santai, namun saat Algren memimpin perang cara berkomunikasinya berbanding terbalik 180o. Sosiopsikologis dan sosiocultural memiliki suatu hubungan, yaitu berknaan dengan individu dalam interaksi dengan orang lain. Jadi faktor psikologis juga dapat mempengaruhi gaya bicara seseorang.
Akhirnya Algren membelot kaisar Jepang dan beralih membantu kelompok Katsumoto. Sepertinya dalam tradisi sosiocultural kita juga akan terpersuasi. Contohnya saja Algren, karena dia sering berinteraksi dengan masyarakat desa, dia jadi membelot kaisar Jepang. Berarti dapat dikatakan bahwa semakin lama kita berinteraksi dengan seseorang maka akan menimbulkan rasa percaya, sehingga kita menjadi membelanya. Saya tidak menemukan artikel tentang sosiocultural dapat menyebabkan seseorang menjadi percaya dengan orang yang sering berinteraksi dengannya, namun lewat film The Last Samurai ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa semakin sering seseorang melakukan interaksi maka kepercayaan pada orang itu akan semakin besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar